Ancaman Keaneka-ragaman Hayati di Indonesia - Vidhian Jaya

Rabu, 07 September 2016

Ancaman Keaneka-ragaman Hayati di Indonesia

Sejak dahulu Indonesia terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah dan juga keanekaragaman hayatinya yang bergitu variatif. Indonesia bersama dengan Brazil, Zaire, Peru, dan Colombia termasuk dalam 10 besar negara dengan megadiversitas di dunia. Itu artinya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat keaneka-ragaman hayati paling tinggi di dunia.

Brazil menjadi negara dengan keaneka-ragaman paling tinggi karena memiliki hutan tropis terluas di dunia yaitu hutan Amazon. Sedangkan Indonesia memiliki keaneka-ragaman yang tinggi karena beberapa hal, antara lain:
  1. Indonesia menjadi negara tropis, dengan terletak di kawasan tropis yaitu berada di sekitar garis khatulistiwa. Keuntungannya adalah Indonesia memiliki iklim yang stabil setiap tahunnya, di mana memiliki 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Hal tersebut memberikan dampak signifikan terhadap kemudahan kemampuan adaptasi dan bertahan hidup baik pada hewan maupun tumbuhan.
  2. Letak geografis Indonesia juga strategis, Indonesia menjadi negara kepulauan yang terletak di antara dua daratan besar atau benua yaitu Asia dan Australia. Keuntungannya yaitu Indonesia dilintasi oleh dua pusat distribusi biota yaitu Oriental dan Australia. 
  3. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak sekali pulau yang terpisah, terisolir, dan masih asri sehingga membuat lebih banyak keaneka-ragaman terutama tiap pulau yang berbeda. Selain itu dengan berada di tempat pergeseran lempeng bumi yang aktif, juga turut menambah keunikan biota di Indonesia.

Berkat ke-tiga hal di atas, Indonesia dikenal juga sebagai megacenter keaneka-ragaman hayati di dunia. Coba bandingkan dengan Brazil yang memiliki luas daratan sekitar 4 kali lebih besar dari Indonesia, keaneka-ragaman hayati di Indonesia bahkan dapat disebandingkan dengan Brazil. Atas hal tersebut maka tak khayal jika Indonesia sempat disebut sebagai World Paradise, atau Surga Dunia.

Ancaman Keaneka-ragaman Hayati di Indonesia

Sebelumnya kita boleh berbangga terhadap apa yang dimiliki Indonesia dan keaneka-ragaman hayatinya. Namun, apakah kita lantas hanya berbangga saja? Apakah kita sudah berusaha untuk menjaganya?

Baik dengan disadari maupun tanpa disadari, nyatanya keaneka-ragaman hayati di Indonesia tiap tahun sebenarnya semakin berkurang. Ini adalah fakta yang tidak boleh disepelekan begitu saja, contohnya pada keaneka-ragaman hayati di hutan Indonesia. Hutan dianggap sebagai salah satu pendukung keaneka-ragaman hayati karena berfungsi sebagai habitat biota alam yang memadai. Berbeda dengan hutan di negara lain, hutan di Indonesia merupakan hutan tropis sehingga memiliki banyak potensi yang mendukung kekayaan hayati.

Berdasarkan pada data buku statistik kehutanan Indonesia tahun 2011, Indonesia memiliki hamparan hutan sebesar 99,6 juta hektar atau sekitar 52,3 % luas wilayah Indonesia. Itu pada tahun 2011, coba bandingkan dengan tahun 2016, apakah luas tersebut bertambah, tetap atau berkurang? Ternyata hamparan hutan di Indonesia semakin berkurang. Kondisi memprihatinkan tersebut mengancam hutan-hutan di Indonesia, dan salah satu penyebabnya adalah maraknya kegiatan deforestasi. Deforestasi merupakan pengurangan hutan akibat dari kegiatan alih fungsi hutan, seperti sebagai pemukiman manusia, lahan perkebunan, dan sebagainya.

Menurut World Resource Institute di tahun 1997, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen. Pada periode 1997 - 2000, ditemukan fakta baru bahwa penyusutan hutan di Indonesia menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Hal tersebut bahkan dua kali lebih cepat ketimbang tahun 1980. Atas temuan tersebut Indonesia menjadi salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 di Indonesia terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, di antaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. (Badan Planologi Dephut, 2003). Sekarang apakah kita masih bisa berbangga?
Peta Laju Deforestasi di Indonesia
Wilayah-wilayah yang terjadi deforestasi di Indonesia dan upaya lanjutan untuk mengatasinya. Peta menggunakan dari penginderaan jarak jauh Landsat antara tahun 2000-2009. (MOFOR, 2011)

Masalah Akibat Deforestasi

Masalah deforestasi hutan di Indonesia yang tinggi memicu munculnya berbagai turunan masalah yang sangat merugikan. Secara langsung deforestasi membuat penurunan keaneka-ragaman hayati karena berkurangnya habitat membuat kepunahan beberapa spesies. Hal tersebut terbukti dengan fakta bahwa Indonesia berada di peringkat ke-empat dunia sebagai negara dengan jumlah spesies yang paling banyak terancam punah.

Sekitar 1.206 spesies yang ada di Indonesia, berhasil masuk dalam daftar spesies terancam punah dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Daftar ini menilai ulang resiko kepunahan sekitar 71.576 spesies di seluruh dunia. Jumlah tersebut merupakan jumlah data keaneka-ragaman hayati terancam punah yang dimiliki oleh IUCN, namun di dalamnya tidak termasuk jumlah spesies yang ditemukan baru-baru ini. Dari jumlah tersebut, 21.286 atau sekitar sepertiganya terancam punah.

Selain menurunnya keaneka-ragaman hayati dan kepunahan spesies, deforestasi juga menimbulkan bencana alam yang merugikan. Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003 data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 85% merupakan bencana banjir dan longsor. Jika kita melihat diagram lingkaran dari BNPB di bawah maka kita mengetahui bahwa bencana alamlah yang menduduki peringkat tertinggi bencana yang sering terjadi di Indonesia. 
Data Bencana BNPB
Perbandingan Jumlah Kejadian Bercana per Jenis Bencana Tahun 1815 - 2014
(Sumber: www.bnpb.go.id)

Mengetahui kondisi hutan Indonesia yang memprihatinkan, sudah selayaknya kita sadar dengan apa yang telah kita perbuat. Jangan kita anggap alam yang sekarang ini mungkin kurang bersahabat itu karena memang sudah selayaknya tetapi justru karena kurangnya upaya kita menjaga alam dan kurangnya timbal balik kita terhadap alam. Tentu kita tidak ingin kehilangan status sebagai negara megadiversitas atau negara kaya akan keaneka-ragaman hayatinya. Oleh karena itu, sebagai manusia yang mampu mengelola alam, hendaknya kita berupaya untuk aktif dan bersama-sama dalam melestarikan alam di Indonesia. 

Diperbarui pada 25 Januari 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan