Kegiatan Mencontek Saat Ujian - Vidhian Jaya

Senin, 04 Februari 2013

Kegiatan Mencontek Saat Ujian

Ini adalah pos pertama saya, kali ini saya ingin berbagi pendapat, pemikiran dan cerita tentang kegiatan mencontek saat ujian. Sekarang ini banyak orang yang berpendapat terlalu jauh mengenai saling membantu kepada sesama sahabat maupun teman baik itu di bangku sekolah maupun dalam masyarakat. Lalu yang saya maksud terlalu jauh itu apa? Hmm... yang saya maksud adalah saling membantu yang berlebih sampai-sampai bergotong royong pada hal yang padahal tidak baik, contohnya seperti mencontek, korupsi, membolos, tawuran, dan sebagainya.

Hal tercela tersebut sangat mungkin muncul seiring dengan degradasi moral yang ada di lingkungan masyarakat. Degradasi moral sendiri adalah suatu istilah yang menggambarkan kemunduran moral. Penyebabnya pun bermacam-macam faktor, beberapa di antaranya yaitu kurang perhatian keluarga, belum berjalannya pendidikan, dan faktor lingkungan. Nah, pada pos ini saya tidak akan membahas seluruhnya tentang degradasi moral maupun faktor penyebabnya secara keseluruhan, melainkan hanya akan membahas tentang salah satu tindakan kurang baik yaitu mencontek.
Gambar Ilustrasi Seseorang yang Mencontek
Gambar Ilustrasi Seseorang yang Mencontek

Mencontek? hampir setiap ada ujian saya selalu saja mendengar kata tersebut. Mencontek adalah perbuatan curang dalam suatu pekerjaan uji kompetensi dimana kita mencontoh jawaban maupun hasil karya orang lain. Mencontek dalam artian lebih luas lagi juga termasuk kegiatan bekerja sama dalam ujian contohnya seperti mendiskusikan pendapat antarpeserta ujian, saling bertukar jawaban, melihat jawaban orang lain, melihat referensi, melihat catatan, melihat buku dan modus lainnya.

Kegiatan mencontek tidak hanya muncul di Indonesia tetapi mencontek juga banyak ditemui di negara lain, bahkan di negara maju pun juga muncul. Namun mungkin jumlahnya tidak terlalu sering atau tidak telalu banyak. Sebenarnya mencontek hampir tidak ada kaitannya dengan apakah itu wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayag tertinggal, karena terkadang di wilayah tertinggal justru lebih sedikit ditemukan kasus mencontek dibandingkan wilayah berkembang. Jadi kita tidak dapat beranggapan bahwa wilayah tertinggal itu karena maraknya kegiatan mencontek sehingga mereka tidak dapat berkembang.

Faktor penyebab munculnya kegiatan mencontek lebih diakibatkan karena beberapa hal seperti kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari penguji, belum percaya diri dalam mengerjakan soal, adanya kesempatan untuk melakukannya, adanya tuntutan untuk mendapat skor tinggi, lemahnya pemberian hukuman bagi yang mencontek, adanya profokator untuk mencontek dan mungkin masih ada pemicu kegiatan mencontek lain yang jarang terjadi.

Mencontek telah dianggap kegiatan curang karena mengesampingkan nilai kejujuran dan sportifitas, sehingga mencontek dinyatakan dilarang dalam setiap ujian di wilayah manapun. Selain mengesampingkan kejujuran dan sportifitas, mencontek juga memicu berbagai dampak buruk lainnya bagi orang yang melakukannya, dampak buruknya antara lain:
  1. Menumbuhkan sifat malas dalam belajar dan bekerja.
  2. Menumbuhkan sikap tidak jujur dan tidak sportif.
  3. Turunnya kemandirian seseorang sehingga lebih bergantung kepada orang lain.
  4. Tidak mampu menjadi diri sendiri, kepribadiannya mudah terkoyak.
  5. Semakin menghilangnya rasa percaya diri.
  6. Tidak dapat menghargai pendapat diri sendiri dan tidak yakin dengan kemampuan pribadi.
  7. Ketergantungan terhadap catatan atau cara-cara instan.
  8. Tidak terlatih untuk menghadapi dan menanggapi masalah.
  9. Tidak bisa mengembangkan ide dan menghancurkan kreativitas.
  10. Menimbulkan perasaan takut dan cemas.
  11. Menimbulkan sifat tidak bisa berlaku adil.
  12. Menimbulkan sikap menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan.
  13. Menumbuhkan sikap memaksakan kehendak.
  14. Membohongi diri sendiri dan bisa juga orang lain.

Banyak sekali akibat buruk yang ditimbulkan dari kegiatan mencontek. Namun jika disimpulkan intinya yaitu berakibat buruk bagi kepribadian dan kemampuan seseorang, atau singkatnya menghasilkan sumber daya manusia yang rendah. Meskipun dampak buruknya begitu banyak, namun mengapa tetap saja banyak yang mencontek? Hal ini mungkin karena beberapa alasan, menurut saya alasan-alasan terus berulangnya mencontek itu antara lain karena:
  1. Masih banyak yang belum menyadari tentang dampak buruk mencontek dan melakukan hal curang. Dampak buruk yang dimaksud bukan hanya dampak buruk seketika namun juga dampak buruk dalam waktu panjang atau dampak buruk bagi masa depan.
  2. Adanya rasa ingin bersaing dan berhasil secara tidak sehat, seperti dengan cara-cara instan, cepat dan mudah. Hal ini tentunya didukung oleh lingkungan yang tidak seimbang, contohnya seperti kesenjangan tinggi antara yang mudah pintar dengan yang masih perlu berusaha untuk pintar.
  3. Belum berjalannya penilaian yang obyektif dan adil. Terkadang orang yang menyontek mendapat nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang jujur.
  4. Pengawas maupun penguji masih banyak yang lebih mengunggulkan nilai akademik dibanding dengan nilai sikap. Terkadang nilai akademik dijadikan patokan dasar dalam menentukan kelulusan seseorang.
  5. Belum adanya tindakan tegas dari pengawas atau penguji terhadap seseorang yang melakukan kecurangan, sehingga seseorang yang melakukan kecurangan tidak merasa jera.
  6. Berbeda pengawas berbeda perlakuan berbeda pula keleluasaan. Ada pengawas yang benar-benar mengawasi, ada pula pengawas yang sekedar hadir. Pada pengawas yang kurang ketat tentu peluang seseorang melakukan kecurangan akan semakin tinggi.

Saya jadi teringat saat membantu mengawasi ujian di SMK, saat itu yang menjaga adalah saya dan seorang guru yang dikenal tegas dan tidak pandang bulu. Saya bertugas mengawasi dari depan sedangkan beliau mengawasi dari belakang. Saat ujian berlangsung beliau sempat melihat dengan jelas seseorang melakukan kecurangan dengan membawa contekan berupa catatan. Tanpa pikir panjang beliau langsung menghampiri siswa tersebut dan mengambil contekan beserta lembar jawabnya. Beliau pun lalu menyobek kertas tersebut tepat dihadapan siswa tersebut, lalu menyuruhnya untuk mengerjakan dari awal dengan memberikan lembar jawab baru.

Saya sungguh salut kepada beliau yang bertindak tegas. Ternyata dengan kehadiran beliau membuat siswa lain juga merasa harus berpikir ulang jika ingin bertindak curang. Namun disayangkan tidak semua pengawas berani bersikap seperti itu, justru masih banyak juga pengawas yang tidak peduli dan hanya sekedar mengingatkan secara ringan. Padahal tindakan secara tegas akan melatih siswa dalam menghadapi ujian yang sesungguhnya, seperti ujian saat mencari kerja maupun ujian masuk instansi di mana tidak ada yang dapat diajak bekerja sama.

Berdasarkan banyaknya pengaruh negatif mencontek seperti yang dijelaskan di atas sungguh mengerikan dan jika berlaku terus hingga dewasa. Bahkan mungkin dapat melemahkan generasi suatu bangsa. Lihat saja kenyataannya, banyak anak yang terbiasa mencontek dan dewasanya mengganggap hal yang curang dan instan itu hal yang wajar untuk mencapai tujuan. Mereka lebih mudah terjerumus pada hal buruk lainnya seperti korupsi, suap, manipulasi, berbohong dan menghalalkan secara cara untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu diperlukan usaha agar kegiatan kecurangan seperti mencontek tidak menjadi kebiasaan. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh penguji untuk mencegah tindakan kecurangan, contohnya seperti memberikan kisi-kisi soal ujian, memberikan penilaian yang obyektif, membuat variasi soal, meningkatkan pengawasan, memberikan sosialiasi tentang penilaian, memberikan sosialisasi tentang akibat berbuat curang, melakukan berbagai metode menguji, meningkatkan ketegasan, memberi hukuman bagi yang melakukan kecurangan, dan lain sebagainya.

Semoga saja pemuda Indonesia lekas sadar dan mau berjuang sesuai kemampuannya sendiri. Tentu boleh saja saling membantu atau bekerja sama, tetapi jangan membantu seseorang dalam kecurangan. Kenapa tidak bekerja sama menciptakan situasi atau kondisi saling bersaing secara sportif untuk meningkatkan kemampuan pribadi yang lebih unggul. Orang yang yang berkembang adalah orang yang mau berusaha dalam kesulitan, bukan orang yang memudahkan kesulitan.

Diperbarui pada 11 Desember 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan