Desember 2014 - Vidhian Jaya

Rabu, 31 Desember 2014

Desember 31, 2014

6 Pelajaran yang Dapat Kita Pelajari dari Jenius

Penemuan-penemuan dan inovasi-inovasi baru menunjukkan bahwa pikiran orang mampu membuat sesuatu hal yang dianggap tidak mungkin menjadi mungkin. Baik itu merancang kendaraan tercepat yang pernah ada, membantu orang buta melihat, mengendalikan alat dengan pikiran, menciptakan sejarah tentang ruang, dan sebagainya.
Ilustrasi Kejeniusan Manusia
Ilustrasi Kejeniusan Manusia

Perkembangan teknologi yang sukses tergantung pada peningkatan tingkat pengetahuan menuju ke titik baru yang lebih tinggi. Apa yang dapat kita pelajari tentang kejeniusan dalam pikiran tersebut? Berdasarkan proyek-proyek yang telah berhasil dibuat orang-orang, maka ada enam pelajaran yang dapat kita pelajari dari pemikiran yang jenius dalam menciptakan sesuatu, antara lain:

1. Tantangan Baru Membutuhkan Jalan Berpikir

Perkembangan jaman yang semakin ke depan semakin canggih, merupakan buah hasil dari pemikiran orang-orang yang berpikir jenius. Keinginan seseorang untuk terus mengembangkan ide/pikiran guna memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang lawas, nampaknya menjadikan tantangan tersendiri bagi seorang jenius atau ilmuwan. Hal tersebut karena dibutuhkan pengetahuan baru dan pemikiran yang baru untuk mewujudkannya. Saat seseorang berkeinginan mencapai atau menciptakan sesuatu maka akan membuatnya merasa tertantang untuk menemukan jalan berpikir yang sesuai untuk mencapai keinginan tersebut.

2. Biarkan Data, Bukti dan Fakta Membentuk Gagasanmu

Perlu kita ketahui bahwasanya setiap penemuan yang dilakukan oleh manusia itu tidak secara langsung murni muncul dari pikiran manusia. Maksudnya adalah penemuan baru masih tergantung dari penemuan, riset, dan penelitian yang sebelumnya. Tidak ada pengetahuan yang benar-benar murni ciptaan manusia, manusia hanyalah mengembangkan, menggabungkan, merekayasa penemuan-penemuan yang telah ada sebelumnya dengan berdasarkan data-data sebelumnya.

Saat menciptakan alat bantu melihat bagi orang buta, pasti dalam pembuatan didasari oleh latar belakang pembuatan alat, hingga kajian-kajian lain yang digunakan untuk membuatnya. Seseorang pasti membutuhkan data, bukti, petunjuk dan fakta yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan gagasan. Seseorang yang jenius mampu untuk mengelola data, bukti dan fakta tersebut hingga membentuk gagasan pengembangan yang baru.


3. Benar-Benar Memerlukan Kerja Keras

Penemuan-penemuan baru sangatlah menakjubkan. Melihat banyaknya penemuan yang ada, kita mungkin jarang berpikir tentang proses pembuatan dari suatu karya penemuan baru. Kita lebih sering langsung menikmati atau menggunakan penemuan tersebut. Atau apabila kita memikirkannya pasti tidak akan serumit/sekompleks pemikiran dari sang penemu, hal tersebut karena keterbatasan pengetahuan seseorang. Namun yang kita perlukan adalah menyadari bahwa sebenarnya dibalik penemuan tersebut dibutuhkan suatu kerja keras, yang bahkan diluar pemikiran orang-orang normal pada umumnya. Kerja keras tersebut tidak hanya dalam pemikiran saja melainkan kerja keras dalam tindakan dalam melaksanakan seluruh prosesnya.


4. Jawaban Tidak Selalu Yang Diharapkan

Pemikiran, perencanaan yang matang, prediksi hasil, dan proses pengerjaan dengan hasil yang didapatkan terkadang tidak dapat sinkron (selaras). Jawaban yang berupa hasil terkadang tidaklah selalu seperti yang diharapkan. Setelah melakukan kerja keras bukan tidak mungkin kita dapat mengalami kegagalan/ketidaksesuaian yang di luar dugaan. Kita harus sadar akan resiko ketidaksesuaian hasil yang diinginkan sebelum kita bertindak, sehingga pada akhirnya kita dapat menerimanya dengan lapang dada. Kegagalan adalah hal yang wajar, meskipun begitu hal tersebut tetap memiliki manfaat tersendiri apabila dapat menyikapinya dengan bijak.

5. Keberuntungan Kecil Membutuhkan Jalan Panjang

Selain kerja keras, kesabaran juga diperlukan karena kita tahu untuk mewujudkan sesuatu tentu butuh proses yang bermacam-macam. Dalam proses tersebut ada kemungkinan penemuan tidak langsung berhasil karena masih membutuhkan penyesuaian, penyempurnaan, perbaikan, dan sebagainya.

Penemuan pada umumnya memerlukan waktu penyelesaian yang panjang sebelum berhasil menyempurnakannya. Seorang ilmuwan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menjumpai keberuntungannya, meskipun itu hanya berupa keberuntungan kecil. Namun demikian setiap keberuntungan kecil sangatlah berharga, karena dapat memacu untuk menemukan keberuntungan-keberuntungan selanjutnya.

6. Jenius Tidak Dapat Didefinisikan

Sulit untuk menjelaskan hal yang satu ini, dimana perlu menjelaskan definisi atau pengertian dari kata jenius. Mungkin hal ini karena jenius berhubungan erat dengan pemikiran dan kreativitas manusia yang tanpa batas. Jenius tidak memiliki patokan yang khusus untuk mendefinisikannya karena jenius itu ukuran yang abstrak. sehingga tidak dapat ditentukan secara mutlak seberapa tingkat kejeniusan seseorang.

Seseorang yang mampu menemukan hal-hal baru belum tentu dapat dikatakan jenius. Mungkin saja jenius hanyalah suatu ungkapan untuk menyebut seseorang dengan tingkat kepandaian tertentu dimana ditunjukkan dengan karya ciptanya. Definisi tidak terlalu penting, setiap orang berhak mendefinisikannya menurutnya pribadinya sendiri. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita dapat bersikap layaknya jenius, dengan pandai-pandai menyikapi kelima hal di atas.

Diperbarui pada 22 Januari 2017.
Desember 31, 2014

Macam-Macam Penyakit Gunung dan Penanganannya

Aktivitas outdoor seperti mendaki gunung semakin lama kian banyak peminatnya. Aktivitas mendaki gunung menyajikan olahraga sekaligus refresing yang menantang. Hal ini karena dilakukan di alam bebas, jauh dari teknologi perkotaan, juga tantangan alam seperti cuaca, kelembaban, dinginnya udara, dsb. Selain itu ada juga penyakit yang dapat menjangkiti pendaki gunung. Penyakit gunung dapat saja muncul saat seseorang sedang aktif dalam kegiatan pendakian gunung.
Ilustrasi Penyakit Ketinggian
Ilustrasi Penyakit Ketinggian

Banyak macam penyakit gunung, masing-masing memiliki resiko tersendiri. Penyakit gunung dapat menjadi berbahaya apabila kita telah terkena dan lambat dalam penanganannya. Sudah cukup banyak pendaki yang tewas akibat menyepelekan dan tidak tahu tentang penyakit gunung ini. Penting bagi pendaki tahu tentang penyakit gunung dan cara penanganannya sehingga dapat meminimalisir resiko saat mendaki gunung. Beberapa penyakit gunung yaitu:

1. Heat Cramps (Kram Karena Panas)

Heat cramps (kram karena panas) adalah kram/kejang otot yang hebat akibat dari keringan berlebihan, terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Kram ini disebabkan oleh banyak kehilangan cairan dan garam (termasuk natrium, kalium, dan magnesium) dalam tubuh akibat keringat berlebih. Keringat berlebih itu sendiri sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Apabila tidak segera ditangani, kram ini dapat menyebabkan cedera otot serius dan juga penyakit lain seperti heat exhaustion (kelelahan karena panas).

Gejala yang muncul antara lain:
  • Kram yang tiba - tiba, biasanya timbul di jari kaki, tangan, betis, pundak, dan kaki.
  • Otot mengeras, tegang, otot sulit untuk dikendurkan, dan digerakkan.
  • Kram menimbulkan rasa sangat nyeri.

Tindakan penanganan:
  • Penderita perlu istirahat sejenak untuk memulihkan/melemaskan kondisi otot.
  • Membebaskan bagian yang kram dari adanya pembebanan.
  • Mengkonsumsi minuman/makanan yang mengandung garam.

2. Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas)

Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah keadaan yang terjadi karena terpapar/terkena panas selama berjam-jam sehingga banyak kehilangan cairan tubuh akibat mengeluarkan banyak keringat. Banyaknya cairan tubuh yang keluar menimbulkan kelelahan, tekanan darah rendah bahkan hingga pingsan/tidak sadarkan diri. Apabila kelelahan ini tidak segera diatas maka dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius yaitu heat stroke.

Gejala yang muncul antara lain:
  • Tubuh kelelahan dan lemas.
  • Rasa kecemasan yang meningkat.
  • Badan basah karena berkeringat.
  • Saat berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
  • Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
  • Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
  • Penderita menjadi linglung / bingung terkadang pingsan.

Tindakan penanganan:
  • Beristirahat di daerah yang teduh, usahakan posisi istirahat berbaring atau datar.
  • Meminum minuman yang mengandung elektrolit.
  • Apabila pingsan, lakulan pertolongan pertama pada orang pingsan.

3. Heat Stroke (Stroke Karena Panas)

Heat Stroke merupakan suatu keadaan yang dapat berakibat fatal. Heat stroke terjadi karena terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Heat Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen atau kematian. Suhu yang mencapai 39-41° celsius adalah masalah yang sangat serius, 1 derajat di atasnya sering kali berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam yang terjadi misalnya otak dapat melambat bekerja hingga bahkan berhenti bekerja dan sering berakhir dengan kematian.

Gejala yang muncul antara lain:
  • Sakit kepala atau pusing.
  • Perasaan berputar atau vertigo.
  • Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering.
  • Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (dimana normalnya adalah 60-100 kali/menit).
  • Laju pernafasan biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah.
  • Suhu tubuh meningkat, bahkan dapat mencapai 40° - 41° celsius, menyebabkan perasaan seperti terbakar.
  • Penderita dapat mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang.

Tindakan penanganan:
  • Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
  • Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38° celcius.
  • Saat temperatur mencapai kira-kira 38° celcius, ganti selimut basah dengan yang kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.

4. Mountain Sickness (Penyakit Gunung)

Mountain sickness adalah penyakit gunung yang disebabkan salah satunya karena adanya penurunan kadar oksigen di dalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Kita tahu bahwa semakin tinggi maka kadar oksigen di udara akan semakin berkurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit gunung ini adalah kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian diri pada dua kondisi lingkungan yang berbeda) dan pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.

Gejala yang muncul antara lain:
  • Kepala pusing.
  • Napas sesak.
  • Tidak nafsu makan.
  • Mual dan terkadang muntah.
  • Badan terasa lemas, lesu, malas.
  • Jantung berdenyut lebih cepat.
  • Penderita kesulitan tidur.
  • Muka nampak pucat.
  • Kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.

Tindakan penanganan:
  • Memberikan gas oksigen kepada penderita atau mengatur pola pernapasan.
  • Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 sampai dengan 48 jam.
  • Jika kondisi tidak membaik maka harus menurunkan penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 sampai dengan 600 meter.

5. Hypotermia (Hipotermia)

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas yang disertai dengan menurunnya suhu inti tubuh di bawah 35°C. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: cuaca yang ekstrim (dingin, berangin, atau badai), bawaan pakaian yang tidak cukup sehingga terpaksa mengenakan pakaian basah, kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi.

Gejala yang muncul antara lain:
  • Tubuh kedinginan, lemas, kaku dan menggigil.
  • Muka pucat dan kulit kering.
  • Bingung, sikap seakan tidak wajar.
  • Jatuh kesadaran/pingsan.
  • Napas pelan dan pendek.
  • Denyut nadi yang pelan dan melemah.

Gejala apabila dilihat dari suhunya:
  • 37°C: Adalah suhu normal orang pada umumnya.
  • 36°C - 35°C: Menggigil dengan disertai bulu yang berdiri, namun masih terkendali atau dapat diatur. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
  • 35°C: Menggigil hingga tidak terkendali.
  • 35°C - 33°C: Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras).
  • 33°C: Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
  • 32°C - 29°C: Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan seakan tersentak-sentak, bola mata mulai membesar.
  • 29°C - 28°C: Otot menjadi kaku, bola mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh membiru/memutih, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar.
  • 27°C: Pingsan dan bola mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningal.
  • 26°C: Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali.
  • 20°C: Denyut jantung berhenti.

Tindakan penanganan:
  • Jangan biarkan orang yang terkena hipotermia tertidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menggangatkan badannya sendiri. Menggigil sebenarnya adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
  • Berilah minuman hangat dan manis kepada penderita hipotermia.
  • Bila baju yang dipakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
  • Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
  • Jangan membaringkan penderita di tanah secara langsung dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat (seperti, matras/aluminium foil) .
  • Masukkan penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu. Umumnya saat memasukkan penderita ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan penderita sulit menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
  • Letakkan botol atau kantong yang diisi dengan air hangat ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
  • Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
  • Apabila memungkinkan buatlah perapian di kedua sisi penderita.
  • Segera setelah penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis atau hangat, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang cepat sekali menghasilan panas dan energi. Makanan yang dikenal efektif mengatasi hipotermia salah satunya yaitu bawang putih, karena dapat menghangatkan dari dalam seseorang.

6. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan dapat berujung kematian. Namun, bila sudah terbiasa beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kembali ke kondisi normal.

Efek hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari, kecepatan bernapas paru-paru juga akan meningkat karena berusaha memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Apabila keadaan lebih tinggi lagi, maka dapat dijumpai gejala-gejala seperti: rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang - kadang euforia atau rasa nyaman yang semu. Gejala yang paling nampak dominan adalah sakit kepala.

Jika hipoksia berlebihan maka akan membuat kejang, mengakibatkan koma dan mati rasa. Selain itu pertimbangan daya tanggap terhadap lingkungan menjadi berkurang sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik. Hal tersebut memberikan dampak kemungkinan kecelakaan yang jauh lebih besar.

Tingkat penyakit hipoksia:
  • Hipoksia Fulminan, dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih dan oksigen. Sering ditemui kasus dalam waktu beberapa menit akan jatuh pingsan.
  • Hipoksia Akut, dimana terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida atau gas lain. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba panik ketika gas belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan oleh gas beracun, dan paru-paru tidak mampu menghirup udara bersih, sehingga pendaki dapat mendadak pingsan.

Dampak dari dipoksia adalah:
  • Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
  • Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis (warna kulit membiru).
  • Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
  • Tubuh berkeringat dingin.

Hipoksia yang berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran/pingsan, koma dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki. Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak dapat menerima perubahan suhu.

Hipoksia yang terjadi agak lama, tentu saja akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru-paru. Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan dan gangguan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh. Dianjurkan sebelum mendaki gunung, seseorang diharapkan periksa keadaan dan kesehatan diri.

7. Frostbite

Frostbite dikenal juga dengan radang dingin dimana jaringan sel di dalam tubuh menjadi rusak karena terjadi pembekuan. Cuaca dingin membuat cairan sel diantara kulit dan kapiler membeku dan menjadi rusak karena pembekuan dan menyebabkan aliran menjadi tidak lancar. Apabila terdapat bagian-bagian yang tidak teraliri darah lebih dari 15 menit akan menimbulkan gangrene (pembusukan), sehingga harus di amputasi. Frostbite biasanya dapat timbul saat temperatur kulit yang berada di bawah 10°C.

Gejala yang muncul antara lain:
  • Kulit atau tubuh mengeras, padat, putih keabu - abuan.
  • Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot dan selanjutnya ke tulang.
  • Bagian yang terkena frostbite terasa dingin bahkan mati rasa.

Tindakan penanganan:
  • Membungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan tahan air (water crous).
  • Memasukkan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku ke dalam air hangat yang bersuhu 30°C.
  • Apabila telah meluas, jalan satu - satunya adalah dipotong/amputasi.

Diperbarui pada 22 Januari 2017.

Selasa, 30 Desember 2014

Desember 30, 2014

Pingsan (Sinkop): Penyebab, Diagnosa, Pertolongan dan Pencegahannya

Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran secara mendadak, dan biasanya sementara. Pingsan disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan suplai oksigen ke otak. Otak terdiri dari dua belahan otak, otak kecil, dan batang otak. Otak membutuhkan aliran darah untuk menyediakan oksigen dan glukosa ke sel-selnya. Agar tubuh tetap sadar, sebuah area yang dikenal sebagai sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak harus hidup, dan setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Pingsan terjadi bila sistem pengaktif retikuler atau kedua belahan otak kekurangan darah, oksigen, atau glukosa.
Ilustrasi Pingsan
Ilustrasi Pingsan

Gejala/tanda awal yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah kulit pucat, badan dingin dan berkeringat, rasa pusing, berkurangnya penglihatan, mata berkunang-kunang, tinitus (telinga berdering/berdesir), perasaan melayang dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan akan terjatuh atau terkulai lemas tidak sadar. Pingsan dapat berakibat fatal, jika orang yang pingsan tersebut tidak segera berganti posisi menjadi hampir horisontal/datar, maka dapat meninggal karena efek trauma suspensi.

Penyebab Pingsan

Berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menyebabkan pingsan dapat terjadi jika tubuh tidak dapat segera mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Hal tersebut dapat terjadi pada:

1. Gangguan Irama Jantung

Seseorang yang irama jantung tidak normal/abnormal maka jantungnya tidak mampu untuk meningkatkan curah/denyut jantung untuk mengkompensasi penurunan tekanan darah. Orang tersebut akan merasakan baik-baik saja ketika dalam keadaan istirahat, namun mereka akan mudah pingsan apabila melakukan aktivitas. Hal tersebut karena kebutuhan oksigen yang menuju otak meningkat secara tiba-tiba dan perlu dicukupi saat beraktivitas. Kondisi pingsan seperti ini disebut dengan sinkop eksersional. Pingsan akibat gangguan irama jantung dapat terjadi dan berakhir secara tiba-tiba. Sesaat sebelum pingsan, terkadang penderita mengalami palpitasi (jantung berdebar).

2. Aktivitas Fisik yang Berat

Seseorang yang terlalu sering melakukan aktivitas fisik berat dengan memaksakan diri dapat mengalami pingsan. Hal ini dikarenakan jantung tidak mampu mempertahankan tekanan darah yang kuat selama beraktivitas. Apabila aktivitas dihentikan mendadak maka denyut jantung menurun, akan tetapi pembuluh darah dari otot tetap dalam kondisi melebar untuk membuang hasil metabolisme. Kondisi berkurangnya curah jantung dan meningkatnya kapasitas pembuluh ini menyebabkan tekanan darah turun drastis dan membuat seseorang pingsan.

3. Penurunan Volume Darah

Volume darah seseorang dapat berkurang akibat pendarahan dan dehidrasi akibat diare, keringat berlebih, dan berkemih berlebihan. Volume darah yang berkurang menyebabkan suplai darah dan oksiden berkurang sehingga sangat mungkin mengakibatkan seseorang pingsan.

4. Mekanisme Kompensasi Terhadap Sinyal dari Bagian Tubuh Lain

Keadaan ini disebut dengan sinkop vasomotor atau sinkop vasovagal. Sinkop vasovagal dapat terjadi ketika seseorang duduk atau berdiri, gejalanya sering didahului oleh mual, kelemahan, menguap, penglihatan kabur dan berkeringat. Penderita selanjutnya terlihat pucat, denyut jantung menjadi sangat lambat dan kemudian pingsan. Contoh lain yaitu pada kasus kram usus yang dapat mengirim sinyal ke jantung melalui saraf vagus sehingga memperlambat denyut jantung dan menyebabkan seseorang pingsan. Sinyal lain yang dapat mengakibatkan pingsan yaitu rasa nyeri, ketakutan yang mendalam, ketakutan melihat darah, dan sebagainya.

5. Pingsan Karena Batuk atau Karena Berkemih Berlebihan

Pingsan karena batuk (sinkop batuk) dan atau karena berkemih berlebihan (sinkop mikturisi) dapat terjadi jika jumlah/volume darah yang kembali ke jantung berkurang. Hal ini sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia.

Selain hal di atas pingsan juga dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel darah merah (penyakit anemia), berkurangnya kadar gula dalam darah (penyakit hipoglikemi), dan berkurangnya kadar karbon dioksida dalam darah (penyakit hipokapni) akibat hiperventilasi. Pada hipokapni sering didahului oleh perasaan tertusuk jarum dan rasa tidak nyaman di dada. Pingsan yang lain adalah pingsan ortostatik yang terjadi apabila seseorang duduk dan berdiri terlalu cepat. Lalu pada saat seseorang berdiri dalam waktu yang lama saat cuaca panas, dimana otot kaki tidak digunakan sehingga mendorong darah ke arah jantung dan darah menjadi terkumpul di pembuluh balik tungkai sehingga tekanan darah menurun. Pingsan akibat terlalu lama berdiri disebut parade ground syncope.

Banyak hal yang dapat menyebabkan pingsan sehingga pingsan dapat dijadikan sebagai indikator dari beberapa penyakit lain. Pada orang tua, pingsan bisa merupakan bagian dari kondisi stroke ringan, dimana aliran darah ke salah satu bagian otak menurun. Pingsan bisa juga disebabkan oleh beberapa keadaan yang berhubungan dengan terhambatnya kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam menyesuaikan fungsinya terhadap penurunan tekanan darah. Selanjutnya pingsan yang dimulai secara bertahap disertai dengan gejala awal dan juga menghilang secara bertahap, dapat menunjukkan adanya perubahan di dalam kimia darah, seperti penurunah kadar gula darah, dan penurunan karbon dioksida darah akibat hiperventilasi.

Diagnosa Pingsan

Diagnosa terhadap penyakit ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk menemukan penyebab pingsan, biasanya dokter memasang monitor Holter pada penderita untuk merekan irama jantung selama 24 jam dan penderita melakukan seperti biasanya. Apabila irama jantung yang terekam tidak teratur terjadi bersamaan dengan waktu pingsan, dapat mengindikasikan adanya suatu kelainan jantung. Elektrokardiogram dapat menunjukkan adanya kelainan struktur atau kelainan fungsi jantung dan penyakit paru-paru.

Pemeriksaan darah juga dapat digunakan untuk mendiagnosa, hasil pemeriksaan darah dapat menunjukkan ada tidaknya indikasi kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi) atau kekurangan sel darah merah (anemia). Sedangkan untuk membedakan antara pingsan dan epilepsi biasanya dilakukan pemeriksaan elektroensefalografi.

Penanganan dan Pengobatan

Pingsan biasanya ditangani dengan cara membaringkan korban dengan posisi yang datar untuk mengembalikan kesadaran penderita. Saat membaringkan biasanya dapat dibantu dengan mengangkat kaki lebih tinggi dari posisi jantung sehingga lebih meningkatkan aliran darah ke jantung dan ke otak. selanjutnya yaitu membebaskan pernapasan korban baik dengan membuka jalan pernapasan, dan juga dengan melepas aksesoris yang mengganggu peredaran darah seperti sepatu, jaket tebal, dll.
Penanganan Pingsan
Penanganan Pingsan

Selanjutnya mengecek kesadarannya dengan memberikan rangsangan sentuhan di daerah yang peka, seperti di bagian antara alis. Terakhir sadarkan korban dengan memberikan rangsangan yang kuat, seperti bau menyengat dari minyak. Setelah penderita sadar tidak boleh dipaksakan untuk duduk atau berdiri terlalu cepat, atau dapat membuat penderita pingsan kembali.

Sedangkan pengobatan pada pingsan juga dilakukan tergantung kepada penyebabnya:
  • Pada denyut jantung yang terlalu lambat dapat diperbaiki dengan pencangkokan alat pacu jantung yaitu suatu alat listrik yang merangsang denyut jantung. 
  • Pada denyut jantung yang terlalu cepat dapat diberikan obat untuk memperlambat denyut jantung. 
  • Pada denyut jantung yang tidak teratur, perlu dicangkokkan suatu defibrilator untuk menyentak jantung agar kembali ke irama yang normal. 
  • Pada penderita kelainan katup jantung mungkin perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan. 

Pertolongan Pertama pada Korban Pingsan

Pertolongan pertama berikut adalah menurut Stanley M. Zildo yang dikutip dari bukunya yang berjudul "First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat". Seseorang yang terlihat mengalami gejala awal akan pingsan maka dapat dicegah agar tidak pingsan, yaitu dengan cara merebahkan korban lalu mengangkat kakinya setinggi 15 - 25 cm. Bisa juga dengan didudukkan dengan posisi kepala membungkuk menyentuh kedua lutut. Namun apabila pingsan sudah terjadi, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Rebahkan korban, angkat kaki setinggi 15 - 25 cm meskipun ada kemungkinan kepalanya terluka.
  2. Buka jalan pernapasan, lakukan penapasan buatan jika perlu.
  3. Buka baju, khususnya di sekitar leher korban.
  4. Bila korban muntah, miringkan atau balikkan kepalanya untuk mencegah tersedak.
  5. Secara pelan-pelan, usap wajahnya dengan menggunakan air dingin dan jangan disiramkan ke muka korban.
  6. Periksa kembali seluruh tubuh untuk melihat apakah terdapat bengkak atau perubahan bentuk yang disebabkan karena jatuh.
  7. Jangan diberi minum meskipun korban sudah pulih kembali.
  8. Bila pertolongan tidak berhasil dalam beberapa menit, bawa korban ke dokter atau paramedis.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat menangani korban pingsan adalah:
  1. Membiarkan tubuh orang pingsan menekuk, karena dapat mengganggu peredaran darah.
  2. Membiarkan leher korban miring/menengok.
  3. Meletakkan posisi kepala lebih tinggi daripada posisi kaki, sebab akan mengurangi aliran darah dan oksigen ke otak.
  4. Memberikan minum atau makan korban setelah baru saja sadar.
  5. Mengerubungi orang yang tengah pingsan.
  6. Membiarkan penderita langsung bangun/berdiri setelah tersadar.

Pencegahan Pingsan

Kehilangan kesadaran pada saat tertentu mungkin dapat membahayakan hidup anda. Untuk itu perlu menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah pingsan, yakni dapat dengan melakukan pencegahan. Pingsan dapat dicegah dengan melakukan beberapa kebiasaan hidup yang sehat, antara lain:
  1. Makan dengan teratur, seimbang, dan tidak berlebihan.
  2. Menghindari aktivitas berlebihan.
  3. Tidak mengkonsumsi obat perangsang, alkohol, doping, dan sejenisnya.
  4. Menghindari lingkungan yang panas dan lembab.
  5. Membiasakan bangun secara perlahan setelah tidur atau berbaring.
  6. Mencegah dehidrasi dan kekurangan volume darah dengan minum air putih teratur.
  7. Belatih mengatur pernapasan, agar tidak terengah-engah.

Pencegahan yang baik yaitu dengan mengetahui penyebab kecenderungan pingsan dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan pingsan tersebut.

Diperbarui pada 22 Januari 2017.
Desember 30, 2014

Keseleo dan Pertolongan Pertamanya

Hampir setiap orang mungkin sudah pernah mengalamai keseleo atau terkilir, apalagi seorang yang giat beraktivitas dengan fisik, seperti kerja keras dan olahraga. Saat seseorang mengalami keseleo, kebiasaan orang indonesia adalah ditangani dengan dipijat, namun itu tidak sepenuhnya penanganan secara tepat. Setelah mengalami keseleo seseorang perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang terjadi saat keseleo sebelum menentukan cara penanganan yang paling tepat.
Ilustrasi Keseleo
Ilustrasi Keseleo

Keseleo adalah salah satu bentuk cedera yang paling sering terjadi. Keseleo sering terjadi pada bagian kaki, yakni ketika telapak kaki menghadap ke sisi dalam atau sisi luar saat berjalan, saat mendarat setelah melompat, tersandung, terjatuh, terpelintir, terpukul, dsb. Keseleo juga dapat terjadi pada persendian lain selain kaki, seperti siku, lutut, dan pergelangan tangan. Kegiatan seperti melakukan gerakan yang salah, memaksa kerja otot, mengangkat benda yang berat dengan cara yang tidak benar, dan melakukan gerakan yang berulang-ulang sering menjadi penyebab terjadinya keseleo.

Keseleo dalam istilah kedokteran disebut dengan Sprain. Sprain atau keseleo merupakan cedera  atau luka ligamen di daerah sekitar sendi. Ligamen adalah jaringan serat yang kuat dan fleksibel yang menghubungkan antar tulang pada sendi. Ligamen dapat disebut juga dengan otot sendi yang berfungsi menyokong sambungan kedua bagian tulang tubuh. Keseleo terjadi karena peregangan otot yang melebihi kapasitas yang dapat diterima sehingga membuat otot sendi mengalami peregangan atau sobek.

Gejala Keseleo

Gejala keseleo antara lain rasa sakit, nyeri sendi, pembengkakan (biasanya disertai perubahan warna kulit), kekakuan sendi, rasa dingin/mati rasa di daerah yang keseleo. Pada bagian sambungan tulang, apabila diraba terasa empuk dan warna kulit menghitam atau membiru pada sekitar luka. Ketika seseorang terkena keseleo maka dia kesulitan/tidak dapat menanggung beban yang berat, dan apabila terjadi di kaki maka tidak dapat dipakai berjalan. Semakin parah keseleo maka rasa nyeri yang dirasakan akan semakin parah, bengkak yang terjadi semakin besar, dan semakin sulit menggerakkan sendi. Apabila keseleo menimpa anak-anak maka kemungkinan akan disertai dengan demam ringan, terutama saat malam hari.

Keseleo dapat dibagi menjadi 3 grade/tingkat, yaitu:
Grade I: Peregangan ligamen yang sangat sedikit atau ringan, atau hanya sendi-sendi yang tidak stabil. Piasanya sendi masih dapat digerakkan dan hanya sedikit rasa sakit.
Grade II: Peregangan ligamen yang serius. Sendi masih dapat digerakkan meski hanya sedikit.
Grade III: Peregangan ligamen yang benar-benar luas/sobek, biasanya tidak dapat menggerakkan tubuh pada sendi yang terkena.

Pertolongan Ketika Keseleo

Terkadang saat ingin memberikan pertolongan kepada orang lain yang cedera, kita masih belum mengetahui penanganan secara tepat sehingga pertolongan yang diberikan malah justru memperburuk keadaan. Contoh yang sering terjadi yaitu pada cedera ankle dan pertolongan yang diberikan yaitu memberikan gerakan menekuk kaki seperti pada orang yang terkena kram, padahal ini adalah tindakan yang salah karena telah memberikan pembebanan. Oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara memberikan pertolongan pertama secara tepat.
Tindakan RICE pada Keseleo
Tindakan RICE

Tindakan RICE

Ketika memberikan pertolongan pertama pada keseleo para dokter menyarankan untuk melakukan tindakan RICE. RICE adalah singkatan dari Rest, Ice, Compression, dan Elevate. Berikut adalah penjelasannya:

1. Rest (Istirahat)

Masa 24-48 jam pertama setelah mendapatkan cedera adalah masa yang kritis sehingga perlu membatasi aktivitas. Masa ini sebaiknya diperuntukkan untuk melakukan istirahat pada bagian yang cedera, sebisa mungkin tidak melakukan bergerak atau memberikan tekanan (beban) pada sendi yang cedera. Untuk melindungi daerah yang keseleo agar tidak bertambah parah, dapat menggunakan selempang (sling), bebat atau krut untuk mengistirahatkan bagian yang keseleo.

2. Ice (Es)

Sewaktu masa istirahat, usahakan memberikan perlakuan dingin pada bagian yang keseleo, yakni dengan menempelkan kantung es pada bagian yang keseleo selama 15-20 menit setiap 3-4 jam sekali. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan menempelkan es secara langsung ke kulit, sebaiknya gunakan kantung es atau dengan dilapisi kain tipis dan jangan juga menempelkan es selama lebih dari 20 menit pada satu waktu karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Tujuan diberikannya es adalah untuk mengurangi rasa sakit di bagian yang keseleo serta mengurangi peradangan yang menyebabkan bengkak/memar.

3. Compression (Kompresi)

Langkah selanjutnya adalah kompresi yakni dengan menggunakan perban elastis untuk membungkus dan melindungi anggota tubuh yang keseleo. Tujuannya adalah untuk mengurangi pergerakan daerah yang keseleo dengan menyangganya/mengencangkannya serta memberikan rasa nyaman. Balutan yang dibuat harus mantap dan kuat namun jangan terlalu ketat/kencang sehingga mengganggu sirkulasi darah ke anggota tubuh tersebut dan terasa nyaman. Apabila anggota tubuh menjadi dingin, biru atau kesemutan maka perlu melepaskan balutan dan lakukan pembalutan ulang dengan rapi. Langkah ini dapat dilakukan selama 1-2 hari jika hanya keseleo ringan atau dapat sampai 14 hari bila tergolong keseleo yang berat.

4. Elevation (Peninggian)

Penanganan ringan selanjutnya peninggian yakni dengan mengangkat anggota tubuh yang keseleo dengan posisi yang lebih tinggi dari jantung. Apabila memungkinkan dapat melakukannya dengan berbaring dan menempatkan bantal di bawah lengan atau kaki yang cedera. Tujuan dari peninggian adalah untuk mengurangi pembengkakan pada bagian yang keseleo dengan memperlancar aliran darah yang menuju ke jantung.

Tindakan RICE tersebut sebaiknya diterapkan selama 24 hingga 48 jam pasca cedera. Sebaiknya menghidari pemijatan atau urut karena dapat memperparah cedera. Baru setelah menjalani metode ini (RICE), korban boleh mendapat terapi lainnya seperti fisioterapi, terapi panas atau pemijatan. Selain ke empat langkah di atas, dapat juga ditambah dengan meminum obat pereda nyeri/penghilang rasa sakit. Setelah gejala mereda atau dikatakan sembuh, latihan ringan boleh dilakukan untuk mengembalikan kekuatan dan mobilitas. Namun apabila setelah mendapat tindakan RICE keadaan belum membaik, segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan yang lebih lanjut. 

Pertolongan Pertama

Selanjutnya apabila kita belum dapat mengetahui jenis cedera yang dialami korban, apakah keseleo atau patah tulang. Kita perlu memberikan penanganan yang tepat pula. Menurut Stanley M. Zildo seperti yang dikutip dari bukunya yang berjudul "First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat", apabila belum diketahui pasti apakah korban terluka karena patah tulang atau keseleo, bisa dilakukan pertolongan untuk patah tulang. Berikut adalah pertolongan pertama untuk keseleo:
  • Pakai kantung berisi air dingin atau es dan tempatkan pada daerah yang terluka.
  • Gunakan splint untuk menyokong daerah luka dengan memakai selimut, kain tebal atau bantal. Lepaskan jika terjadi pembengkakan.
  • Usahakan daerah luka pada posisi lebih tinggi dari organ jantung.
  • Jangan biarkan korban berjalan sendiri.
  • Jangan merendam luka dengan air hangat pada awal terjadi luka. Boleh merendamnya hanya setelah 24 jam kemudian.
  • Bawa ke pertolongan medis untuk mengetahui ada tidaknya patah tulang.

Keseleo yang parah harus dibawa ke dokter, dokter akan mengambil foto sinar X untuk melihat apakah ada tulang yang patah atau pemeriksaan lain untuk mengetahui tingkat cedera. Untuk kasus keseleo berat (Grade III), pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki ligamen atau otot sendi yang robek. Segeralah hubungi dokter apabila terjadi gejala keseleo berat seperti:
  • Terdengar suara krek saat mendapatkan cedera, dikhawatirkan bahwa itu suara tulang yang retak.
  • Sendi atau tubuh tidak dapat digerakkan setelah mendapatkan cedera.
  • Tidak dapat merasakan atau mati rasa pada bagian dengan sendi yang cedera.
  • Terdapat pembengkakan/memar yang signifikan, rasa nyeri luar biasa, panas atau luka yang terbuka.

Diperbarui pada 22 Januari 2017.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan