Maraknya Konflik Pelajar Akibat Kurangnya Tokoh Teladan - Vidhian Jaya

Minggu, 02 Agustus 2015

Maraknya Konflik Pelajar Akibat Kurangnya Tokoh Teladan

Remaja yang berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Menurut Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. 

Kenakalan Remaja dan Konflik Pelajar

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja maupun pelajar yang gagal dalam menjalani proses proses perkembangan jiwanya. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya.
Maraknya Konflik Pelajar
Maraknya Konflik Pelajar

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, memang sengaja dilakukan, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan, mungkin karena ingin diperhatikan, cari sensasi atau latar belakang masalah lainnya.

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S. (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan:
  1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
  2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
  3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Konflik antar pelajar merupakan salah satu dari bentuk kenakalan remaja. Remaja yang gagal dalam masa peralihan akan cenderung mencari sensasi baru. Selain itu, remaja antar satu dengan yang lainnya juga mungkin tidak sepaham dan merasa dirinya adalah yang paling benar. Karena ketidak-sepahaman itulah akhirnya dapat memunculkan konflik antar pelajar. Banyak kasus tawuran yang diakibatkan oleh hal sepele seperti saling mengejek. Remaja yang rentan terhadap perubahan dan tidak dapat menahan diri tentu akan marah dan membuat pertikaian pun terjadi.

Perilaku nakal remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
  1. Faktor internal: krisis identitas dan kontrol diri yang lemah.
  2. Faktor eksternal: keluarga, teman sebaya yang kurang baik, komunitas/lingkungan/sekolah/ tempat tinggal yang kurang baik.

Pemicu Konflik Antar Pelajar

Dilihat dari sisi eksternalnya banyak sebab sebab yang membuat para pelajar saling bertikai. Berikut beberapa contoh hal dari faktor eksternal yang memicu konflik antar pelajar:

1. Media massa
Media massa sekarang ini sangat memiliki andil yang besar terhadap perubahan sosial di masyarakat. Khususnya televisi dan internet, sebagai contoh: film yang berisi kekerasan.

2. Tingkah Laku Para Pejabat Publik
Selain kasus korupsi yang merajarela ada hal lain yaitu ketidak akuran antar pejabat, mungkin anda pernah melihat berita tentang rapat DPR yang ricuh, atau rapat PSSI yang kisruh, dll. Hal yang tidak terpuji pun ditunjukan oleh orang orang yang berpengaruh, ini tentu dapat membuat kaum pelajar kehilangan sosok yang dapat dijadikan teladan bagi mereka.

Kurangnya Tokoh Teladan Bagi Pelajar

Menurut Hanif Dhakiri bahwa banyak yang perlu diprihatinkan atas maraknya peristiwa tawuran pelajar yang sampai memakan korban jiwa. Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya konflik antarpelajar, di antaranya karena semakin memudarnya faktor keteladanan sosial di dalam masyarakat. Terlebih masyarakat elit kerap mempertontonkan intoleransi sosial. Sehingga dengan atau tanpa disengaja banyak berpengaruh terhadap aksi dan tindakan brutal para pelajar atau remaja. Selain itu, menggejalanya tindak kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru kepada siswa maupun kekerasan yang terjadi di antara mereka seperti menjadi faktor pemicu munculnya lingkaran setan kekerasan. Seperti Kekerasan yang ditimbulkan akan melahirkan kekerasan berikutnya.

Faktor lainnya adalah lemahnya penanaman nilai pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan moral dan agama mendapatkan tempat yang tidak proporsional dan terlampau sedikit dibandingkan pelajaran lain. Ironisnya, pendidikan moral keagamaan hanya bersifat formalistik, sangat terbatas dan hanya menjejalkan pengetahuan nilai tanpa mengarah ke pembentukan karakter. 

Ditinjau dari segi usianya, pelajar yang sedang menempuh pendidikan di SLTP maupun SLTA memang sedang mengalami periode yang sangat potensial bermasalah. Pada fase ini, pelajar atau remaja sering digambarkan sebagai topan dan badai atau storm yang mudah tersulut emosi dan mengalami tekanan jiwa. Sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Dalam situasi konflik dan problem ini remaja tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat penyaluran tersebut tidak ada atau kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran. Salah satu eksisnya, yaitu tawuran. 

Selain hal-hal tersebut di atas, ruang berkreasi bagi para pelajar untuk menyalurkan hobi, bakat dan minatnya justru sangat terbatas dan tergerus oleh hiruk pikuk bisnis, termasuk ruang publik yang salah satunya televisi. Kecenderungan ruang publik yang menjejali para remaja (dan publik pada umumnya) dengan nilai-nilai dan budaya materialism, hedonisme, konsumerisme bahkan tayangan-tayangan kekerasan fisik lainnya tak jarang menjadi pemicu gagalnya internalisasi diri siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah di sekeliling mereka. Alhasil, tindakan brutal disetiap tawuran adalah jawaban dari kegagalan pelajar dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang semakin kompleks. Upaya upaya yang dapat dilakukan untuk menangani konflik itu di antaranya Menghadirkan figur yang baik dan mentradisikan sikap santun, sebagai contoh dan suri tauladan bagi para remaja demi terciptanya suasana harmonis, toleran, saling menghormati dan mengasihi antar sesama.

Pelajar saat ini sangat membutuhkan sosok sosok yang dapat dijadikan teladan, dan sekarang ini banyak contoh contoh yang dapat dijadikan teladan bagi para palajar, diantaranya:
1. Para Nabi dan insan yang mulia
Salah satu yang sangat layak dijadikan teladan adalah nabi Muhammad SAW, beliau memiliki akhlak yang terpuji dan dijadikan teladan tidak hanya bagi pelajar namun bagi umat manusia di seluruh dunia.

2. Para veteran, pahlawan, dan pejuang terdahulu
Contoh tokoh tokoh terdaluhu, antara lain : Ki Hajar Dewantara, R. A. Kartini, Pangeran Diponegoro, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dll. Mereka semua memiliki sifat-sifat terpuji, gigih dan dapat mempersatukan serta mempengaruhi orang-orang disekitar untuk berbuat kebaikan.

3. Tokoh nasional maupun internasional jaman sekarang
Di jaman sekarang pun juga ada banyak tokoh yang dapat dijadikan teladan, antara lain : Presiden, Jokowi, BJ. Habibie, Mario Teguh, atlet-atlet olahraga, dll. Mereka memiliki kepribadian yang terpuji dan mampu mengharumkan nama bangsa mereka.

4. Keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat merupakan hal terpenting yang perlu memberi contoh perilaku terpuji bagi para generasi muda. Pelajar akan meniru tingkah laku dari orang orang sekitar mulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Apabila masyarakatnya sudah bobrok besar kemungkinan para remajanya juga demikian.

5. Wirausahawan
Dari kalangan pengusaha yang sukses menunjukan bahwa mereka telah mampu melewati masa remaja mereka dengan baik dan berakhir dengan kesuksesan. Beberapa contoh wirausahawan yaitu Bill Gates, Steve Jobs, Soichiro Honda, Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dll.

6. Pelajar Berprestasi dan Mahasiswa
Sesama pelajar juga dapat dijadikan contoh bagi pelajar lainnya atas prestasi-prestasinya. Selain itu mahasiswa yang merupakan pelajar yang lebih dewasa dapat dijadikan contoh bagi pelajar yang lebih muda atas keberhasilan melewati masa remaja dengan baik.

Masih banyak sekali tokoh yang dapat dijadikan teladan bagi pelajar, terlepas dari itu sebenarnya setiap orang baik dapat dijadikan teladan. Akan lebih baik jika suatu masyarakatlah yang merupakan teladan dan memberi contoh yang baik, sopan santun, kebersamaan, keadilan, dll. Dari sekian banyak yang dapat dijadikan contoh, yang terpenting adalah bagaimana agar para pelajar dapat dan mau meniru hal-hal baik yang mereka lakukan sehingga dapat memberi imbal balik yang baik pula.

Setelah diketahui penyebab terjadinya kenakalan remaja dan konflik pelajar, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur/tokoh orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Orang tua juga harus member contoh yang baik kepada anak-anaknya.
  4. Pelajar pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana pelajat harus bergaul.
  5. Pelajar membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
  6. Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan memanfaatkan film-film yang bernuansa moral, media massa ataupun perkembangan teknologi lainnya.
  7. Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja
  8. Membentuk suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat pelajar agar dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
  9. Mendorong lembaga pendidikan/sekolah agar berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar serta mengefektifkan kegiatan keorganisasian, ruang berkreasi baik intra maupun ektstrakurikuler sekolah yang aksesibel untuk semua. Mendorong lembaga pendidikan/sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter dan budi pekerti yang berorientasi pada pembentukan sikap dan perilaku.

Diperbarui pada 24 Januari 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan