Kisah Akhir Hayat Rasulullah SAW - Vidhian Jaya

Rabu, 22 Februari 2017

Kisah Akhir Hayat Rasulullah SAW

The Last Prophet - Muhammad

Pada suatu hari Rasulullah SAW menjelaskan Firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 3, yang artinya:
"... Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku dan telah Ku ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu ...."

Pada saat Rasulullah menjelaskan tentang ayat tersebut, para sahabat serentak bergembira dan bersorak-sorai, namun di antara mereka ada salah seorang sahabat yang terdiam dan termenung karena dia mengerti dan mengetahui makna dari ucapan Rasulullah SAW, dia adalah Ali Bin Abi Thalib r.a. Kemudian para sahabat yang lain bertanya kepada Ali, "Kenapa engkau tidak bergembira mendengar kabar baik ini?", dan Ali menjawab, "Engkau tidak paham apa yang akan terjadi setelah ini, dengan adanya pernyataan ini maka kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW." Mendengar penjelasan Ali tersebut, para sahabat langsung terdiam dan terharu. Kemudian beberapa sahabat mendekati Rasulullah SAW dan menanyakan kepada beliau, "Apakah di akhirat kelak kami akan tetap bersamamu ya Rasulullah, selama ini kami telah berjihad bersamamu dan kami telah menjalankan serta mengamalkan sunnah-sunnahmu." Namun Rasulullah hanya terdiam dan tidak menjawab.

Selanjutnya Syaidina Ali juga bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, aku sering bersamamu ya Rasulullah, dan kita sering bersama-sama menghadapi cobaan dan ujian. Apakah kelak di akhirat aku juga akan tetap bersamamu ya Rasulullah?" Namun Rasulullah SAW tetap diam dan tidak menjawab. Kemudian datanglah Malaikat Jibril menghadap Rasulullah SAW dan bertanya, "Ya Rasulullah, kami telah melakukan perintah-perintah Allah kepadamu Rasulullah, yakni mewahyukan Firman-firman Allah kepadamu Rasulullah, menyampaikan doa-doamu kepada Allah, ya Rasulullah apakah kelak di akhirat kami dapat bersamamu ya Rasulullah?" Rasulullah SAW tetap terdiam dan tidak menjawab.

Terakhir Abu Bakar r.a. juga bertanya kepada Rasulullah dengan suara yang agak jelas dan terbatah-batah, "Kalau begitu ya Rasulullah, siapa yang kelak akan bersamamu di akhirat ya Rasulullah." Kemudian Rasulullah SAW mengangguk-angguknya kepalanya dan kemudian berucap, "Ya, nanti kalian bersamaku dan yang lebih dekat denganku adalah umatku yang di akhir zaman yang mana mereka tidak pernah bersamaku, tidak pernah menatap wajahku dan mereka tidak pernah mendengarkan suaraku, tapi mereka yakin dan mengamalkan sunnah-sunnahku dan merekalah yang lebih dekat denganku di akhirat kelak." Sambil beliau mengangkat tangan kanannya dan menggerakkan dua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari tengah, seolah-olah tidak ada batas antara kita dengan Rasulullah di surga akhirat kelak.

.......................................................................................................

Pada kisah yang lain diriwayatkan dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayat Rasulullah, Nabi berkata pada sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tidak ingin di Padang Mahsyar kelak ada di antara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!"

Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, engkau meluruskan posisiku dengan tongkatmu. Aku tidak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tetapi aku ingin menuntut qishash hari ini." Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu.

Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap membereskan orang itu, namun Nabi melarangnya. Nabipun penyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah Nabi. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekat itu setelah semua yang Rasul berikan kepada mereka.

Rasulullah SAW memberikan tongkat tersebut kepada sahabatnya itu seraya menyingkapkan bajunya sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, "Lakukanlah!" Detik-detik berikut menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan denganmu. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapannya, "Allahu Akbar" berkali-kali. Karena sahabat tersebut tahu bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan dengan Nabi yang terakhir itu, semakin dekat ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi.

Suatu pelajaran bagi kita, menyakiti orang lain baik hati maupun badan merupakan perbuatan yang tercela. Allah belum akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita.

Diperbarui pada 22 Februari 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan