Hipoksia dan Pertolongannya - Vidhian Jaya

Kamis, 01 Januari 2015

Hipoksia dan Pertolongannya

Hipoksia adalah kondisi simtoma (gejala) kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Tanda-tanda tubuh jika kekurangan oksigen seperti wajah kering dan pucat, pandangan mata kabur, napas makin cepat dan tersengal-sengal. Namun, bila sudah beberapa waktu beradaptasi maka tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.

Tubuh manusia terdapat suatu sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Kekurangan oksigen dapat diakibatkan karena faktor dari luar tubuh. Misalnya, perubahan suhu dan tekanan udara di luar tubuh. Selain itu, kekurangan oksigen juga bisa dialami orang yang berada di tempat sempit dengan ventilasi buruk, atau ketika seseorang sedang stres.

Salah satu proses adaptasi yang dilakukan oleh tubuh manusia adalah beradaptasi terhadap perubahan ketinggian yang tiba-tiba. Jika seseorang yang bertempat tinggal di dataran rendah dengan ketinggian 0 km dari permukaan laut (dpl) pergi dengan pesawat terbang dengan ketinggian 3,3 km dpl, maka setelah tiba di lokasi (apalagi lokasi merupakan dataran tinggi) akan merasakan pusing, mual, atau rasa tidak nyaman lainnya. Hipoksia melibatkan proses adaptasi manusia sehingga kasus hipoksia ini tidak terjadi pada penduduk yang sudah terbiasa hidup di daerah dataran tinggi.
Ilustrasi Hipoksia
Ilustrasi Hipoksia

Hipoksia juga sering terjadi pada aktivitas pendakian gunung karena mengalami perubahan perbedaan ketinggian yang cukup cepat saat mendaki gunung. Oleh sebab itu, bagi pendaki gunung diperlukan pos-pos pemberhentian atau tempat kemah agar tubuh selalu dapat beradaptasi secara baik terus-menerus.

Kesetimbangan Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin


Keadaan seseorang yang dapat beradaptasi terhadap kondisi udara di lingkungan tersebut dapat dijelaskan berdasarkan sistem reaksi kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin sebagai berikut:

Hb(aq) + O2(aq) ↔ HbO2(aq)

HbO2 merupakan oksihemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak. Tetapan kesetimbangan dari reaksi tersebut adalah:

Kc = [HbO2] / [Hb][O2]

Pada ketinggian 3 km, tekanan parsial gas oksigen sekitar 0,14 atm, sedangkan pada permukaan laut tekanan parsial gas oksigen sebesar 0,2 atm.

Berdasarkan azas Le-Chatelier, dengan berkurangnya gas oksigen berati kesetimbangan akan bergeser ke kiri, dan berakibat kadar HbO2 di dalam darah menurun. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan akan berkurang. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya rasa mual dan pusing, serta perasaan tidak nyaman pada tubuh. Kondisi tersebut akan mengakibatkan tubuh berusaha beradaptasi dengan memproduksi hemoglobin sebanyak-banyaknya. Dengan meningkatnya konsentrasi hemoglobin akan menggeser kembali kesetimbangan ke kanan dan HbO2 akan meningkat kembali seperti semula. Penyesuaian ini berlangsung kurang lebih 2-3 minggu.

Dari penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin rata-rata penduduk yang bertempat tinggal di dataran tinggi akan memiliki hemoglobin lebih tinggi daripada penduduk yang bertempat tinggal di dataran rendah.

Klasifikasi dan Penyebab Hipoksia

Terdapat 4 macam klasifikasi hipoksia menurut Best dan Taylor:


1. Hipoksia Hipoksik

Hipoksia hipoksik merupakan bentuk tersering dari hipoksia, terjadi ketika terdapat gangguan pertukaran oksigen di paru-paru. Beberapa penyebabnya antara lain:
  • Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian tertentu dari permukaan laut.
  • Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus dengan pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma, dan tenggelam.
  • Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada kebakaran), penyakit jantung bawaan seperti tetralogi fallot.

2. Hipoksia Anemik

Hipoksia anemik terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang tersedia ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:
  • Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis. Anemia yang bersifat ringan-sedang tidak akan menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih dapat mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami hipoksia jika melakukan aktivitas.
  • Keracunan karbon monoksida (CO).
  • Mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit.
  • Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu pigmen darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah).
  • Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi, anemia aplastik, dan anemia hemolitik.


3. Hipoksia Stagnant

Hipoksia stagnant terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke jaringan target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:
  • Gagal jantung.
  • Menurunnya volume darah yang bersirkulasi,
  • Melebarnya pembuluh darah vena.
  • Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang dialami oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia Histotoksik

Hipoksia histotoksik terjadi ketika jaringan tubuh tidak dapat menggunakan oksigen yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia sebenarnya karena tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari normal. Penyebab hal ini sebagian besar berupa racun, antara lain:
  • Keracunan sianida.
  • Konsumsi alkohol.
  • Konsumsi Narkotika.

Selain dari empat klasifikasi di atas, hipoksia dapat dibedakan dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer.


1. Sianosis Sentral

Sianosis sentral adalah sianosis yang dapat disebabkan oleh:
  • Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah ketinggian, fungsi paru-paru yang sudah berkurang, hubungan yang tidak selaras antara oksigen yang masuk ke paru dan oksigen yang dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe penyakit jantung bawaan.
  • Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap oksigen.
  • Kelainan dari hemoglobin seperti: methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia, karboksihemoglobinemia.

2. Sianosis Perifer

Sianosis perifer adalah sianosis yang dapat disebabkan oleh:
  • Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit).
  • Terkena paparan yang dingin.
  • Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.

Gejala Hipoksia

Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi napas lebih dari normal, sianosis (perubahan warna kulit), dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan pada) otak. Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di pembuluh darah arteri. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi, bahkan lebih tinggi dari normal.

Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5 g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari) sangat kurang mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga kadar deoksihemoglobin meningkat. Sedangkan sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.

Gejala-gejala otak karena hipoksia mirip dengan mereka yang sedang dalam keadaan keracunan alkohol seperti pertimbangan yang terganggu, mengantuk atau terlalu gembira, sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala. Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang tinggi.

Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda yang dapat ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi lain baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit jantung bawaan, infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru (penyebaran dari kanker paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma, bronkiektasis), dan juga penyakit-penyakit saluran pencernaan (sirosis hati, penyakit radang saluran cerna).

Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia. Waktu yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat tingkat ini berbeda-beda antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia ini dipakai oleh bagian penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:

1. Tidak Bergejala

Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang (serendah 4000 kaki atau 1200 meter) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.

2. Kompensasi

Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki atau 3000-4500 meter. Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman napas dan curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.


3. Perburukan/Gangguan

Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen. Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.

4. Kritis

Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam darah biasanya di bawah 70%.

Pengobatan Hipoksia

Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara lengkap merupakan hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu dihindari pada pasien dalam keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia/kurang darah merah.

Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis yang terjadi sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis sentral dan perifer harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda. Pemijatan atau penghangatan pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis perifer) dapat meningkatkan aliran darah dan menghilangkan sianosis tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis sentral. Kadar oksigen di pembuluh darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis gas darah.

Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.

Pengobatan umum untuk hipoksia histotoksik adalah oksigen hiperbarik. Pengobatan khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan cara membentuk methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan menetralkan sianida. Akan tetapi, penggunaan nitrit harus berhati-hati karena dapat menimbulkan hipoksia anemik jika diberikan dalam jumlah besar.

Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan kegagalan pernapasan yang berat seperti penyakit paru-pari obstruktif kronik (PPOK). Normalnya, laju napas kita dipengaruhi oleh kadar karbon dioksida dalam darah. Jika kadar karbon dioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar kadar oksigen naik dan kadar karbon dioksida turun.

Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar oksigen yang rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi laju napas sampai dapat terjadi henti napas.

Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.

Pertolongan Pertama pada Hipoksia

Hipoksia merupakan salah satu penyakit/gangguan yang paling sering diderita oleh pendaki gunung. Kondisi hipoksia dapat menyerang siapa saja, apabila hal tersebut terjadi maka diperlukan penanganan sesegera mungkin. Adapun pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi hipoksia, antara lain:
  1. Memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang bisa dibawa ke mana-mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri dengan alat ini.
  2. Melonggarkan pakaian agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju dibuka dan ikat pinggang dilepas supaya saluran napas tidak sesak.
  3. Menuju ke lokasi yang lebih rendah sesegera mungkin agar mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Semakin lama berada dalam kondisi hipoksia, maka semakin besar risiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen.

Diperbarui pada 22 Januari 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan bijak, menghormati satu sama lain. Terima kasih.

Tentang Kami

authorHalo, selamat datang di situs Vidhianjaya. Situs ini dikelola oleh admin yang juga merupakan seorang pendidik dari sekolah vokasi / kejuruan di bidang teknologi dan rekayasa dan Duta Teknologi Kemendikbudristek. Selain sebagai pendidik, kami juga aktif sebagai penulis, konten kreator, penggiat literasi dan digital, serta penggerak organisasi di bidang pendidikan. Kami suka berkarya, berkreasi, dan berbagi dalam banyak hal, terkhususnya bidang pendidikan, literasi, teknologi, sains, digital, dan informasi.
Selengkapnya →



Subscribe Channel

Video Pilihan